Kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat banyak orangtua (ayah dan ibu) yang mempunyai anak harus bekerja. Tentunya menjadi sebuah persoalan untuk melepas anak ditangan keluarga, teman ataupun pengasuh atau asisten rumah tangga. Berikut adalah tiga alternatif untuk menitipkan anak.
1. Pengasuh
Memilih pengasuh, kini memang terasa lebih sulit. Apalagi mencari pengasuh atau
asisten rumah tangga yang memiliki pendidikan dan tata krama sesuai yang
diharapkan. Bisa saja, setelah selama ini orangtua mengajarkan disiplin sesuai
norma-norma yang dianggap benar, malah jadi terkikis akibat perbedaan pengasuhan
yang dilakukan pengasuh.
“Mulai dari sopan santun, kedisiplinan, kemandirian, tata krama, dan budi pekerti,adalah hal-hal penting yang harus diajarkan ke anak usia batita alias usia 0 – 3 tahun. Nilai-nilai dasar ini sangat penting, bermanfaat, dan berguna hingga kelak anak dewasa.”
Meski secara bayaran terbilang lebih murah dan pengasuh akan stand by di rumah lebih lama, namun tak dipungkiri, memiliki pembantu yang berkualitas sangat sulit. “Kadang ketika pembantu sudah cocok dan pas, ada saja cerita ia pulang kampung dan memilih tak kembali. Ini sering terjadi karena pengaruh budaya santai yang tertanam pada diri pengasuh.”
2. Nenek atau Kakek
Perbedaan usia yang jauh antara nenek dan kakek dengan Anda, disadari atau
tidak, pasti menghasilkan pola asuh yang berbeda. “Pengetahuan yang semakin
berkembang saat ini, mungkin tidak terlalu dipahami oleh sang kakek dan nenek.
Belum lagi, keterbatasan tenaga ketika cucu sudah semakin aktif berlari ke sana
ke mari. Ini bisa jadi problem tersendiri.”
Buntutnya, tambah Amanda, cucu bisa terus disalahkan padahal pada dasarnya ini terjadi karena proses pertumbuhan anak. Artinya, ia harus berkembang secara motorik. “Tapi kalau aktivitas aktifnya tidak difasilitasi dengan baik, jadinya memang anak malah ‘merusak’,” tambahnya.
3. Daycare
Pengasuhan di daycare membuat anak dipantau sesuai usia, ditambah
pengasuh yang memahami tumbuh kembang anak. “Selama dititipkan, anak akan
diajak beraktivitas disesuaikan dengan usianya. Jadi tak sekadar dititipkan,
melainkan ada pembelajarannya. Termasuk perkembangan motoriknya.”
Hanya saja, lanjut Amanda, memang ada kelemahan ketika menitipkan anak di daycare . “Berada di area publik pasti sangat mudah tertular penyakit. Namun, di beberapa daycare , jika anak demam lebih dari 38 derajat, akan diminta beristirahat dan tak datang dulu karena takut menular ke anak lain. Di sini juga ada ruang isolasi untuk anak yang sakit, sehingga bisa dipisahkan saat ia menunggu dijemput.”
Hitung Biaya
Lalu, bagaimana soal biaya? Secara hitungan kasar, menurut Amanda, sebenarnya menitipkan
anak di daycare relatif lebih irit. “Tentusaja tergantung daycare-
nya, ya. Tapi, karena di daycare anak juga diajarkan dan ditunjang
tumbuh kembangnya, jadi coba bandingkan biayanya dengan biaya baby sitter dan
sekolah anak. Tentu, dua biaya tersebut akan lebih besar,” tambahnya.
Selain itu, kebiasaan tempat tinggal yang jauh dari kantor ditambah kemacetan, membuat orangtua harus berangkat pagi sebelum anak bangun dan pulang setelah anak tertidur. “Kalau dititip di daycare , orangtua malah bisa berinteraksiselama di perjalanan pergi dan pulang.”
<!--[if gte mso 9]><xml>